Minggu, 09 November 2014

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan Tanda Baca

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Ada beberapa tanda baca yang terdapat pada EYD yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Tanda baca yang terdapat dalam EYD
1.      Tanda Titik (.)
·         Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pernyataan atau seruan.
Misalnya : Biarlah mereka duduk di sana.

·         Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya : Siregar,Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Pustaka.

·         Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
Misalnya: Desa itu berpenduduk 24.200 orang.

2.      Tanda Koma (,)
·         Tanda koma dipakai di antara unsur unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya: Surat biasa, surat kilat, ataupun surat kilat khusus memerlukan prangko.

·         Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya: Kalau ada undangan, saya akan datang.

·         Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya: Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, U
ersitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
·         Tanda koma dipakai di antara bagian bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir. Misalnya: Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
·         Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya: 12,5 m

3.      Tanda Titik Koma (;)

·         Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.
Misalnya: Hari sudah malam; anak anak masih membaca buku buku yang baru dibeli ayahnya.

·         Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya: 
a.
Ketua
 :
Ahmad Wijaya
Sekretaris
 :
Siti Aryani
Bendahara
 :
Aulia Arimbi




·         Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya: Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
                 Surah Yasin: 9

4.      Tanda Titik Dua (:)
·         Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya: Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.
·         Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai jurusan ekonomi umum dan jurusan ekonomi perusahaan.
·         Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
Ketua                           : Ahmad Wijaya
Sekretaris                  : S. Handayani
Bendahara                 : B. Hartawan
Tempat Sidang         : Ruang 104
Pengantar Acara     : Bambang S.


5.      Tanda Hubung (-)
·         Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya: Di samping cara-cara lama itu ada juga cara yang baru
·         Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya: anak-anak
, berulang-ulang
·         Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya: p-a-n-i-t-i-a, 8-4-1973

6.      Tanda Pisah (–)
·         Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu–saya yakin akan tercapai–diperjuangkan oleh bangas itu sendiri.
·         Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai’.
Misalnya: 1910–1945
, Tanggal 5–10 April 1970, Jakarta–Bandung

7.      Tanda Seru (!)
·         Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya: Alangkah seramnya peristiwa itu!

8.      Tanda Kurung ((…))
·         Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya: Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
·         Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.

Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.
·          Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya: Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).

Pejalan kaki itu berasal dari (Kota) Surabaya.

9.      Tanda Kurung Siku ([…])

·         Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
·          Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya [lihat halaman 35–38] tidak dibicarakan) perlu dibentangkan di sini.

10.  Tanda Petik (“…”)
·         Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya: “Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”
·         Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya: Bacalah ”Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di 

11.  Tanda Petik Tunggal (‘…’)
·         Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun dalam petikan lain.
Misalnya: Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
“Waktu kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak anakku, ’Ibu, Bapak pulang’, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Bapak Hamdan.
·         Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan asing. 
Misalnya: feed-back ‘balikan’

12.  Tanda Garis Miring (/)
·         Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwin.
Misalnya: No. 7/PK/1973
               Jalan Kramat II/10
               tahun anggaran 1985/1986
·         Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap.
Misalnya: mahasiswa/mahasiswi
                harganya Rp150,00/lembar

13.  Tanda Penyingkat atau Apostrof  (‘)
·         Tanda penyingkat atau apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya: Ali ’kan kusurati. (‘kan = akan)
               Malam ‘lah tiba. (‘lah = telah)
               1 Januari ’88 (’88 = 1988)