Sabtu, 27 Juni 2015

ELEKTRONIK COMMERCE

Dalam beberapa waktu ini terakhir ini, dengan begitu merebaknya media Internet dimana-mana, khususnya  di Indonesia. Kehadiran Internet yang walaupun masih merupakan industri baru yang dalam Fase pertumbuhan, yang masih terus berubah serta penuh ketidakpastian, telah memperkokoh keyakinan akan pentingya peranan teknologi dalam pencapaian tujuan finansial perusahaan melalui modifikasi dan efisiensi proses bisnis yaitu dengan memanfaatkan E-Commerce.  Kemampuan Internet untuk menjangkau pelanggan baru dan penghematan biaya yang cukup signifikan untuk distribusi dan pelayanan pelanggan merupakan keunutngan yang bisa didapat perusahaan dang memindahkan roda nilai comerce ke media Internet.
Perkembangan Teknologi Internet yang sangan cepat berubah menjadikan strategi atau model bisnis yang cocok. Salah Satu implementasi dari aplikasi yang berbasis Word Wide Web adalah Elektronic Commerce atau lebih dikenal dengan istilah e-Commerce. Metodologi bisnis modern yang dapat memenuhi kebutuhan organisasi, Merchant dan konsumen dalam menekan biaya-biaya yang harus dikeluarkan dengan disertai perbaikan mutu barang dan jasa, serta peningkatan kecepatan service delivery. Metodologi tersebut mengubah pola bisnis tradisional menjadi pola bisnis modern dengan pemanfaatan Internet sebagai media bisnis yang menjadi trend saat ini. Trend ini kemudian dikenal dengan istilah Internet Commerce yang kemudian menjadi Elektronic Commerce (E-Commerce).
ARSITEKTUR E-COMMERCE
E-Commerce dibangun diatas dua pilar, yaitu pilar non teknis dan pilar teknis. Pilar non teknis meliputi aspek kebijakan, hukum dan privacy. Sedangkan pilar teknis untuk dokumen elektronik, multimedia dan protokol jaringan. Untuk di Indonesia dalam kondisi sekarang ini pilar non teknis yang berupa aspek hukum belum tersedia, sehingga sangat sulit untuk mengambil tindakan jika terjadi berbagai pelanggaran dalam transaksi.
E-COMMERCE (PERNIAGAAN ELEKTRONIK)
Electronic Commerce (Perniagaan Elektronik), sebagai bagian dari Electronic Business (bisnis yang dilakukan dengan menggunakan electronic transmission, oleh para ahli dan pelaku bisnis dicoba dirumuskan definisinya dari terminologi E-Commerce (Perniagaan Elektronik). Secara umum e-commerce dapat didefinisikan sebagai segala bentuk transaksi perdagangan/perniagaan barang atau jasa (trade of goods and service) dengan menggunakan media elektronik. Jelas, selain dari yang telah disebutkan di atas, bahwa kegiatan perniagaan tersebut merupakan bagian dari kegiatan bisnis. Kesimpulan: "e-commerce is a part of e-business".
Media elektronik yang dibicarakan di dalam tulisan ini untuk sementara hanya difokuskan dalam hal penggunaan media internet, mengingat penggunaan media internet yang saat ini paling populer digunakan oleh banyak orang, selain merupakan hal yang bisa dikategorikan sebagai hal yang sedang ‘booming’. Perlu digarisbawahi, dengan adanya perkembangan teknologi di masa mendatang, terbuka kemungkinan adanya penggunaan media jaringan lain selain internet dalam e-commerce. Jadi pemikiran kita jangan hanya terpaku pada penggunaan media internet belaka.
Penggunaan internet dipilih oleh kebanyakan orang sekarang ini karena kemudahan-kemudahan yang dimiliki oleh jaringan internet:
  1. Internet sebagai jaringan publik yang sangat besar (huge/widespread network), layaknya yang dimiliki suatu jaringan publik elektronik, yaitu murah, cepat dan kemudahan akses.
  2. Menggunakan electronic data sebagai media penyampaian pesan/data sehingga dapat dilakukan pengiriman dan penerimaan informasi secara mudah dan ringkas, baik dalam bentuk data elektronik analog maupun digital.

Dari apa yang telah diuraikan di atas, dengan kata lain; di dalam e-commerce, para pihak yang melakukan kegiatan perdagangan/perniagaan hanya berhubungan melalui suatu jaringan publik (public network) yang dalam perkembangan terakhir menggunakan media internet. Telah dikemukakan di bagian awal tulisan, bahwa koneksi ke dalam jaringan internet sebagai jaringan publik merupakan koneksi yang tidak aman. Hal ini menimbulkan konsekuensi bahwa E-commerce yang dilakukan dengan koneksi ke internet adalah merupakan bentuk transaksi beresiko tinggi yang dilakukan di media yang tidak aman.
Kelemahan yang dimiliki oleh Internet sebagai jaringan publik yang tidak aman ini telah dapat diminimalisasi dengan adanya penerapan teknologi penyandian informasi (Crypthography). Electronic data transmission dalam e-commerce disekuritisasi dengan melakukan proses enkripsi (dengan rumus algoritma) sehingga menjadi cipher/locked data yang hanya bisa dibaca/dibuka dengan melakukan proses reversal yaitu proses dekripsi sebelumnya telah banyak diterapkan dengan adanya sistem sekuriti seperti SSL, Firewall, dsb.
TANTANGAN DAN HAMBATAN DALAM PENERAPAN E-COMMERCE
Sebuah sistem E-Commerce merupakan contoh penerapan teknologi informasi yang komplek. Hal ini disebabkan terkoneksinya sistem yang seharusnya aman. Sangat propriatery dengan jaringan Internet yang sama sekali tidak aman, sangat terbuka dan open system.  Sebuah perusahaan yang hendak membangun sistem Internet atau on-line payment service / payment gateway untuk melayani pembayaran pada situs E-Commerce seharusnya telah mempunyai sistem perbankan yang kuat, realible dan aman, serta di dukung oleh sumber daya yang handal dan cukup. Karena selain keamanan yang menjadi prioritas tertinggi, volume transaksi di Internet tidak dapat diprediksikan besarnya. “Nature” Internet yang global menyebabkan siapa saja dalam waktu kapan saja dapat mengakses sistem tersebut. Belum lagi adanya  serangan-serangan mendadak yang banyak dan tersebar, sehingga sulit untuk dideteksi dan secara langsung dapat mengakibatkan downtime pada sistem internal.
Untuk mengetahui resiko yang dapat terjadi dan bagaimana security & control dalam suatu sistem Internet E-Commerce, perlu ditelaah terlebih dahulu arsitektur sistem secara makro, kemudian bagian demi bagian dianalisa dan diperiksa lebih lanjut. Kebutuhan kedalaman analisa dan pemeriksaan ini sangat bergantung pada arsitektur sistem. Semakin kompleks arsitektur sistem bukan berarti keamanan akan meningkat, tetapi juga bukan berarti arsitektur sistem yang sederhana akan meningkatkan realibilitas sistem secara keseluruhan.
Selain arsitektur sistem, perlu adanya analisa dan pemeriksaan terhadap implementasi, strategi dan prosedur administrasi sistem yang disiplin dan dijalankan untuk sistem tersebut. Kunci dari keberhasilan berjalannya sebuah sistem Internet E-Commerce adalah bagaimana prosedur administrasi sistem dan kemampuan personal administrasi sistem dalam mengadaptasi perkembangan teknologi. Keamanan dalam kamus Internet dalam dinamis, setiap hari bahkan setiap jam, selalu ada penemuan security hole baru. Oleh karena itu personal administrasi sistem harus dapat mengantisipasinya.
Resiko yang dapat terjadi pada sistem Internet E-Commerce dapat dipilah menjadi dua bagian, yaitu :
1.    Resiko Server Aplikasi Internet E-commerce
Internet Server merupakan tempat berjalannya aplikasi Internet E-Commerce, sekaligus merupakan entry point kepada aplikasi yang semestinya terisolasi dari Internet.
Beberapa resiko yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :
  • Penyusupan (intrusion) kedalam sistem dengan memanfaatkan security hole
  • Penyusupan (intrusion) kedalam sistem dengan menggunakan program pelacak password
  • Penyusupan (intrusion) kedalam sistem dengan menggunakan alamat IP palsu (IP Spoofing)
  • Penyusupan (intrusion) kedalam sistem dengan menggunakan virus
  • Penyusupan (intrusion) kedalam sistem dengan menggunakan back dor
  • Penyerangan dengan membebani sistem dengan pemboman paket (packet bombing), Ping of Death, DoS (Denial of Service) atau Ddos (Distributed Denial of Service)
Jika sebuah server aplikasi Internet E-Commerce berhasil diserang, maka besar kemungkinan cracker dapat masuk kedalam sistem internal perbankan, karena server tersebut merupakan entry point ke dalam internal sistem
             
Pada suatu sistem Internet E-Commerce yang tidak didisain dan dimaintenance dengan baik, penyerangan dengan tehnik DoS / DdoS dapat menyebabkan beban lebih pada sistem sehingga sistem utama dapat mengalami kegagalan atau failure. Hal ini akan berakibat fatal terhadap perusahaan E-Commerce tersebut. Karena selain dapat mengakibatkan downtime yang sedang berjalan, cracker dapat melakukan manipulasi, pencurian, atau kejahatan yang lain sehingga merugikan.
2.    Resiko Transaksi
Banyak Pengguna Internet yang masih takut dalam melakukan transaksi di Internet, baik untuk membeli dan menjual barang di toko-toko Virtual, maupun melakukan transaksi keuangan pada sistem Intenet Banking. Resiko dalam melakukan transaksi di Internet sangat tinggi, karena selain beragamnya tujuan pengguna Internet, perngkat hukum yang menaungi keamanan dalam bertransaksi di Internet masih belum memadai. Beberapa resiko transaksi pada Internet adalah sebagai berikut :
  • Penipuan dengan memasang situs palsu yang kemudian menangkap nomor kartu kredit.
  • Penipuan dengan menggunakan nomor kartu kredit palsu untuk melakukan transaksi di Internet.
  • Penipuan domain sehingga dapat memasang situs palsu untuk menangkap nomor kartu kredit dan komponen autentikasi sehingga dapat digunakan untuk penipuan lain.
  • Penipuan dengan menyangkal telah melakukan suatu transaksi
  • Penipuan dengan membuat transaksi palsu
  • Terjadinya transaksi ganda akibat kesalahan pengiriman data

Selain resiko transaksi di Internet yang telah disebutkan diatas, masih banyak lagi resiko yang dapat terjadi dalam melakukan suatu transaksi di Internet. Semakin banyak pelaku atau pihak yang terlibat berarti semakin besar resiko yang dapat terjadi, demikian pula jika nilai transaksi semakin besar berarti semakin besar resiko yang dapat terjadi. Dengan adanya persaingan global, kebutuhan untuk melakukan perdagangan dan transaksi di Internet akan semakin meningkat dan tak terelakan. Hal ini memacu semua pelaku bisnis untuk mengembangkan teknologi yang dapat mendukung usahanya. EDI over Internet, Bussines to Customer Commerce (B2C), dan Bussines to Bussines Commerce (B2B) merupakan masa depan yang tak terelakan. Apalagi setelah dikembangkannya teknologi WAP (Wireless Application Protocol), seseorang dimungkinkan membeli saham dimana saja dan dalam waktu yang cepat, dengan hanya menekan tombol pada mobile phone yang dimilikinya. Oleh karena itu diperlukan suatu bentuk teknik pengamanan dalam melakukan transaksi di Internet, baik dari segi teknologi, prosedur maupun dalam perangkat hukum.
KEUNTUNGAN PENERAPAN E-COMMERCE BAGI DUNIA BISNIS DI INDONESIA
Internet pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1994 melalui lembaga pendidikan. Saat ini Internet di Indonesia sedang berkembang sangat cepat. Sebenarnya angka perkembangannya lebih sedikit bila dibandingkan dengan pembangunan, tetapi menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi.
Di kota-kota besar seperti misalnya Semarang, Yogyakarta, Jakarta, Surabaya dan Bandung, banyak bermunculan usaha warung Internet (Cyber Café). Didalam Warnet tersebut terdapat terminal-terminal di mana user dapat mengakses Internet tanpa harus menjadi pelanggan sebuah ISP. Orang hanya tinggal membayar biaya perjam atas akses yang dilakukan. Orang Tidak harus terdaftar pada ISP, tidak perlu membayar biaya bulanan Internet atau biaya telpon. Dan hal yang tepenting yaitu behwa para pengguna di warung Internet terbebas dari masalah teknis seperti masalah modem, kesulitan koneksi dan sebagainya.
TANTANGAN DAN HAMBATAN DALAM PENGEMBANGAN E-COMMERCE DI INDONESIA
Kenyataan yang ada diindonesia, ternyata E-Commerce tidak mampu membuat perubahan yang cukup besar. Jika diamati fakta di atas, terdapat beberapa faktor yang dipercaya mendukung perkembangan, diantara kelemahan dan kesulitan yang dihadapi. Yang pertama akan dibahas tenteng beberapa faktor yang tidak mendukung pertumbuhan E-Commerce di Indonesia. Terdapat klasifikasi utama yaitu :
a.    Infrastruktur
Dapat dikatakan bahwa infrastruktur merupakan salah satu aspek terpenting, Secara geografis, Indonesia merupakan segara kepulauan. Struktur ini menyulitkan dalam pembuatan Fiber-optic-bases backbone. PT Telkom adalah penyedia telekomunikasi domestik yang bertanggung jawab terhadap Infrastruturdomestik ini. Sebagian besar dari jaringan PT. Telkom masih menggunakan Cooper Wire. Hanya kota-kota besar saja yang memakai fiber optic, walau koneksi ke end user masih menggunakan cooper. Aspek lain yang dapat dikategorikan sebagai Infrastrutur adalah telepon dan biaya akses Internet yang relatif masih mahal. Tidak seperti Amerika dan negara-negara lain, dimana biaya telepon hanya dikenakan bulanan, di Indonesia biaya tidak hanya biaya bulanan tetapi juga berdasarkan besarnya pemakaian telepon. Selain itu, User Internet masih diharuskan untuk membayar ISP atas penggunaan fasilitas Internetnya.
b.    Keamanan
Sebuah survai terhadap user Indonesia menunnjukkan bahwa pikiran utama yang masih tertanam di benak mereka untuk melakukan transaksi di Internet, yaitu mengenai masalah keamanan dalam pembayarannya. Mereka ingin agar provider memberikan jaminan keamanan bertransaksi ke situs mereka. Mungkin karena di Indonesia budaya penggunaan kartu kredit masih sedikit, maka banyak situs E-Commerce di Indonesia yang menawarkan cara konvensional, yaitu dengan melalui wesel atau via telepon, sementara halaman WEB hanya menawarkan jenis produk yang akan dijual, dan transaksi dilakukan dengan kontak langsung via telepon.

sumber :http://www.it-jurnal.com/2015/06/sistem-informasi-e-commerce.html

Kamis, 25 Juni 2015

Teknik Pembuatan Catatan Kaki (Footnote) dan Daftar Pustaka (Bibliography)


  1. Darmawan, Darmadi & Imam Munardhi. 2006. Fight like Tiger Win Like a Champion 8 Kekuatan Dasyat Meraih Sukses Sejati. Jakarta: Gramedia. Halaman 10.
    Jawaban : Darmadi Darmawan & Imam Munardhi, Fight like Tiger Win like Champion 8 Kekuatan Dasyat Meraih Sukses Sejati, Jakarta: Gramedia, 2006. Halaman 10
  2. Darmawan, Darmadi & Imam Munardhi. 2006. Fight like Tiger Win Like a Champion 8 Kekuatan Dasyat Meraih Sukses Sejati. Jakarta: Gramedia. Halaman 10.
    Jawaban : Darmadi Darmawan & Imam Munardhi, Fight like Tiger Win like Champion 8 Kekuatan Dasyat Meraih Sukses Sejati, Jakarta: Gramedia, 2006. Halaman 10
  3. Wirosardjono, Setjipto. “Didikan Jerman, Budaya Jawa”. Dalam http://www.republika.com Jakarta.
    Jawaban :
    Soetjipto Wirosardjono, “Didikan Jerman, Budaya Jawa”, http://www.republika.com Jakarta 
  4. Darmawan, Darmadi & Imam Munardhi. 2006. Fight like Tiger Win Like a Champion 8 Kekuatan Dasyat Meraih Sukses Sejati. Jakarta: Gramedia. Halaman 10.
    Jawaban
    : Darmadi Darmawan & Imam Munardhi, Fight like Tiger Win like Champion 8 Kekuatan Dasyat Meraih Sukses Sejati, Jakarta: Gramedia, 2006. Halaman 10 
  5. Trenholm, Sarah & Arthur Jensen. 2004. Interpersonal Communication. California: Wadsworth. Halaman 25.
    Jawaban :
    Sarah Trenholm & Arthur Jensen, Interpersonal Communication, California: Wadsworth, 2004. Halaman 25 
  6. Wirosardjono, Setjipto. “Didikan Jerman, Budaya Jawa”. Dalam http://www.republika.com
    Jawaban :
    Soetjipto Wirosardjono, “Didikan Jerman, Budaya Jawa”, http://www.republika.com
     
  7. Kasali, Rhenald. 2006. Sembilan Fenomena Bisnis. Jakarta: Gramedia. Halaman 8.
    Jawaban:
    Rhenald Kasali, Sembilan Fenomena Bisnis, Jakarta: Gramedia, 2006. Halaman 8 
  8. Trenholm, Sarah & Arthur Jensen. 2004. Interpersonal Communication. California: Wadsworth. Halaman 35.
    Jawaban :
    Sarah Trenholm & Arthur Jensen, Interpersonal Communication, California: Wadsworth, 2004. Halaman 35 
  9. Kasali, Rhenald. 2006. Sukses Melakukan Presentasi. Jakarta: Gramedia. Halaman 55.
    Jawaban :
    Rhenald Kasali, Sukses Melakukan Presentasi, Jakarta: Gramedia, 2006. Halaman 55 
  10. 2006. Sukses Melakukan Presentasi. Jakarta: Gramedia. Halaman 56.
    Jawaban :
    Rhenald Kasali, Sukses Melakukan Presentasi, Jakarta: Gramedia, 2006. Halaman 56
     
  11. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2005. Kamus Istilah Ekonomi. Jakarta. Halaman 75.
    Jawaban : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Istilah Ekonomi, Jakarta, 2005. Halaman 75
  12. Conboy, Ken. 2007. Intel Menguak Tabir Dunia Intelijen Indonesia. Jakarta: Pustaka Primatama. Halaman 100
    Jawaban : Ken Conboy, Intel Menguak Tabir Dunia Intelijen, Jakarta: Pustaka Primatama, 2007. Halaman 100
  13. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2005. Kamus Istilah Hukum. Jakarta. Halaman 75.
    Jawaban : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Istilah Hukum, Jakarta, 2005. Halaman 75.
  14. Romney, Marshal R & Paul John Steinbart. 2005. Sistem Informasi Akuntasi. Jakarta: Salemba Empat. Halaman 455.
    Jawaban : Marshal R. Romney & Paul John Steinbart, Sistem Informasi Akuntansi, Jakarta, 2005. Halaman 455
  15. Adhary, Rudy. “Kiprah Spion Melayu: dari BRANI hingga BIN”. Dalam http://www.kompas.com/ Diakses pada 17 Juni 2007,Jakarta
    Jawaban : Rudy Adhary, “Kiprah Spion Melayu: dari BRANI hingga BIN”, http://www.kompas.com, 17 Juni 2007,Jakarta.
  16. Rudy Adhary, Kiprah Spion Melayu: dari BRANI hingga BIN, Http://www.kompas.com 17 Juni 2007, Jakarta
    Jawaban :
    Rudy Adhary, “Kiprah Spion Melayu: dari BRANI hingga BIN”, diakses dari http://www.kompas.com pada tanggal 17 Juni 2007, Jakarta.
  17. Marshal R.Romney dan Paul John Steinbart, Sistem Informasi Akutansi, halaman 455, Salemba Empat, 2005, Jakarta
    Jawaban :
    Marshal R.Romney dan Paul John Steinbart, Sistem Informasi Akutansi, Salemba Empat, Jakarta, 2005, hlm. 455.
  18. _________, Kamus Istilah Ekonomi, hlm 75, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Desember 2005, Jakarta
    Jawaban :
    Kamus Istilah Ekonomi, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,  Desember 2005, Jakarta,  hlm. 75.
  19. Ken Conboy, Intel Menguak Tabir Dunia Intelijen Indonesia, halaman 100, Pustaka Primatama 2007, Jakarta
    Jawaban :
    Ken Conboy, Intel Menguak Tabir Dunia Intelijen Indonesia, Pustaka Primatama, Jakarta, 2007, hlm. 100.
  20. Ken Conboy, Intel Menguak Tabir Dunia Intelijen Indonesia, halaman 100, Pustaka Primatama 2007, Jakarta
    Jawaban :
    Ken Conboy, Intel Menguak Tabir Dunia Intelijen Indonesia, Pustaka Primatama, Jakarta, 2007, hlm. 100.